Sunday, January 17, 2010

Cerita Penguin Yang Taat



Aku membawa anak-anakku ke Marine Life Educational & Entertainment Park yang mana terdapat persembahan aksi ikan paus KillerWhale, ikan lumba-lumba dan juga persembahan oleh seekor penguin.


Si penguin ini membuat persembahan yang amat hebat dan mengkagumkan, terjun dari papan terjun yang tinggi, menimbang bola dgn hidungnya, melompat ditengah gelung api dan macam2 lagi. Sambil memeluk anakku, kami menikmati persembahan penguin tersebut. Apa sahaja yg diperintah oleh pelatihnya, dia dgn patuh melakukannya. Jika dia disuruh ambilkan sesuatu, dgn pantas dilakukannya.


Aku memandang anak2ku, terdetik dihatiku, selalunya jika aku meminta mereka melakukan sesuatu, mereka akan merungut, bercerita mengapa itu, mengapa ini tetapi masih tetap tidak mahu melakukannya. Aku tahu anak aku lebih pintar dr penguin tersebut tetapi apa yang membuatkan mereka berkelakuan begitu, amat sukar mengikut nasihat, pujukan apatah lagi perintah.


Selepas tamat persembahan, aku membuat keputusan untuk bertanya jurulatih penguin tersebut bagaimana dia boleh melatih penguin tersebut melakukan apa sahaja arahannya dgn taat sekali. Sambil memandang kearah anak2 ku, dia berkata "Tidak seperti ibubapa, setiap kali penguin saya melakukan apa yg saya suruh, saya akan beri perhatian sepenuh kepadanya, memberi pelukan kepadanya dan memberinya ganjaran iaitu ikan".

Serta merta terlintas dihatiku, setiap kali anak aku melakukan apa yang aku pinta ataupun melakukan sesuatu yg baik, aku samada kurang atau amat jarang sekali memberi perhatian kepadanya, mungkin kerana aku seorang yg sentiasa sibuk, tetapi setiap kali anakku tidak mahu melakukannya, perhatian ku tertumpu kepadanya sebab aku tidak mahu membuat mereka menjadi anak yang ingkar.


Ini sebenarnya dgn tidak secara langsung aku mengajar mereka menjadi "little monster" atau pembangkang cilik jika mereka mahu perhatianku. Sejak hari itu aku cuba sedaya upaya memberi perhatian yang lebih kepada setiap tidak tanduk mereka yang baik dan memberi ganjaran setimpal dgnya, aku utamakan peluk cium dan juga sentuhan yang mana itu juga merupakan tindakan fizikal yang amat berkesan menyalurkan perasaan kasih sayang.


Kita tenggelam dgn cara pemikiran yang lebih menonjolkan benda2 yg negatif, contohnya tajuk2 utama akhbar selalunya mengenai musibah yang melanda, menonton TV pula dgn cerita keluarga yg porak poranda, filem pula mengenai tembak menembak, bunuh membunuh dan kemusnahan dunia yang mana mempengaruhi minda separuh sedara kita untuk hanya memberi perhatian kepada perkara 2 negatif.


Didalam hidup kita apa yg kita fokus kan itu yang menjadi realiti hidup kita ini, jika kita fokus akan kedegilan anak2, kemalasan suami, kelancangan mulut isteri, itu juga yang akan lebih berkembang biak menjadi lebih teruk dari hari kehari.



Tahap Ukhuwwah


Keluhan Sang Mutarobbi
















*gambar dipinjam dari http://kembara-muslim.blogspot.com

"Akh, dulu ana merasa semangat saat aktif dalam da'wah. Tapi belakangan rasanya semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan ana melihat ternyata ikhwah banyak pula yang aneh-aneh."Begitu keluh kesah seorang mad'u kepada seorang murobbinya di suatu malam. Sang murobbi hanya terdiam, mencoba terus menggali semua kecamuk dalam diri mad'unya.

"lalu apa yang ingin antum lakukan setelah merasakan semua itu ? " sahut sang murobbi setelah sesaat termenung. " Ana ingin berhenti saja, keluar dari tarbiyah ini. Ana kecewa dengan prilaku beberapa ikhwah yang justru tidak Islami. Juga dengan organisasi dakwah yang Ana geluti; kaku dan sering mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, Ana mendingan sendiri saja." Jawab mad'u itu.

Sang murobbi termenung kembali. Tidak tampak raut terkejut dari roman di wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah diketahuinya sejak awal. " Akhi, bila suatu kali antum naik sebuah kapal mengarungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah sangat bobrok. Layarnya banyak berlubang, kayunya banyak yang keropos bahkan kabinnya bau kotoran manusia. Lalu, apa yang akan antum lakukan untuk tetap sampai pada tujuan?". Tanya sang murobbi dengan kiasan bermakna dalam. Sang mad'u terdiam dan berfikir. Tak kuasa hatinya mendapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat. " Apakah antum memilih untuk terjun kelaut dan berenang sampai tujuan?". Sang murobi mencoba memberi opsi. "Bila antum terjun ke laut, sesaat antum akan merasa senang. Bebas dari bau kotoran manusia, merasa kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan ikan lumba-lumba . tapi itu hanya sesaat.

Berapa kekuatan antum untuk berenang hingga tujuan?. Bagaimana bila ikan hiu datang. Darimana antum mendapat makan dan minum? Bila malam datang, bagaimanan antum mengatasi hawa dingin?" serentetan pertanyaan dihamparkan dihadapan sang mad'u. Tak ayal, sang mad'u menangis tersedu. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan sedemikian. Kekecewaannya kadung memuncak, namun sang murobbi yang dihormati justru tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya.

"Akhi, apakah antum masih merasa bahwa jalan dakwah adalah jalan yang paling utama menuju ridho Allah? " Bagaimana bila ternyata mobil yang antum kendarai dalam menempuh jalan itu ternyata mogok? Antum akan berjalan kaki meninggalkan mobil itu tergeletak dijalan, atau mencoba memperbaikinya? . Tanya sang murobbi lagi.

Sang mad'u tetap terdiam dalam sesenggukan tangis perlahannya. Tiba-tiba ia mengangkattangannya :"Cukup akhi, cukup. Ana sadar.. maafkan Ana…. ana akan tetap Istiqomah. Ana berdakwah bukan untuk mendapatkan medali kehormatan. Atau agar setiap kata-kata ana diperhatikan… " .

Biarlah yang lain dengan urusan pribadinya masing-masing. Biarlah ana tetap berjalan dalam dakwah. Dan hanya Allah saja yang akan membahagiakan ana kelak dengan janji-janji- Nya. Biarlah segala kepedihan yang ana rasakan menjadi pelebur dosa-dosa ana". Sang mad'u berazzam dihadapan sang murobbi yang semakin dihormatinya.

Sang murobbi tersenyum "Akhi, jama'ah ini adalah jamaah manusia. Mereka adalah kumpulan insan yang punya banyak kelemahan. Tapi dibalik kelemahan itu, masih amat banyak kebaikan yang mereka miliki . Mereka adalah pribadi-pribadi yang menyambut seruan Allah untuk berdakwah. Dengan begitu, mereka sedang berproses menjadi manusia terbaik pilihan Allah." "Bila ada satu dua kelemahan dan kesalahan mereka, janganlah hal itu mendominasi perasaan antum. Sebagaimana Allah ta'ala menghapus dosa manusia dengan amal baik mereka, hapuslah kesalahan mereka dimata antum dengan kebaikan-kebaikan mereka terhadap dakwah selama ini. Karena di mata Allah, belum tentu antum lebih baik dari mereka."

"Futur, mundur, kecewa atau bahkan berpaling menjadi lawan bukanlah jalan yang masuk akal. Apabila setiap ketidak-sepakatan selalu disikapi dengan jalan itu , maka kapankah dakwah ini dapat berjalan dengan baik?" sambungnya panjang lebar. "Kita bukan sekedar pengamat yang hanya bisa berkomentar. Atau hanya pandai menuding-nuding sebuah kesalahan. Kalau hanya itu, orang kafirpun bisa melakukannya. Tapi kita adalah da'i. kita adalah khalifah. Kitalah yang diserahi amanat oleh Allah untuk membenahi masalah-masalah di muka bumi. Bukan hanya mengeksposnya, yang bisa jadi justru semakin memperuncing masalah.

"Jangan sampai, kita seperti menyiram bensin ke sebuah bara api. Bara yang tadinya kecil.tak bernilai, bisa menjelma menjadi nyala api yang yang membakar apa saja. Termasuk kita sendiri!" "Bekerjalah dengan ikhlas. Berilah taushiah dalam kebenaran, kesabaran dan kasih sayang kepada semua ikhwah yang terlibat dalam organisasi itu. Karena peringatan selalu berguna bagi orang beriman. Bila ada isyu atau gosip tutuplah telinga antum dan bertaubatlah. Singkirkan segala ghil antum terhadap saudara antum sendiri. Dengan itulah, Bilal yang mantan budak hina menemui kemuliaannya.

" Suasana dialog itu mulai mencair. Semakin lama, pembicaraaan melebar dengan akrabnya. Tak terasa, kokok ayam jantan memecah suasana. Sang mad'u bergegas mengambil wudhu untuk berqiyamu lail. Malam itu. Sang mad'u sibuk membangunkan mad'u yang lain dari asyik tidurnya. Malam itu sang mad'u menyadari kesalahannya. Ia bertekad untuk tetap berputar bersama jama'ah dalam mengarungi jalan dakwah. Pencerahan diperolehnya. Demikian yang kami harapkan dari antum sekalian…

* Dipetik dari email dari seorang sahabat
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 

Kamilah si pengembara itu ; AIzam+luqMAN=AIMAN Copyright © 2009 Flower Garden is Designed by Ipietoon for Tadpole's Notez Flower Image by Dapino